Wednesday, April 15, 2009

MEMBUAT LINK DI BLOGGER BARU

Cara Pertama:

1. Login ke blogger.com
2. Klik menu “Tata Letak” (Layouts) -> Tambah Gadget -> Daftar Link -> Isi Judul dan alamat URL blog yang akan dilink di tempat yang tersedia.
3. Klik Simpan. Selesai.

Cara Kedua:

1. Login ke blogger.com
2. Klik menu “Tata Letak” (Layouts) -> Tambah Gadget -> HTML / JAVASCRIPT
3. Copy kode di bawah, masukkan ke kotak yang tersedia dan ganti alamat URL sesuai yang diinginkan:




4. Klik Simpan. Selesai.

B. CARA BUAT LINK BLOGROLL DI BLOGGER LAMA (TEMPLATE CLASSIC)

1. Sign-in ke blogger.com seperti biasa.
2. Klik menu TEMPLATE.
3. Di sebagian template blogger / blogspot biasanya sudah ada contoh link di sidebar seperti di bawah ini:



Apabila template yg Anda pilih kebetulan ada kode seperti di atas, maka Anda tinggal merubah isinya dg alamat URL blog lain yg ingin Anda link.

Akan tetapi apabila tidak ada, maka Anda tinggal meng-copy kode di atas dan taruh di sidebar dan isi dg alamat URL blog teman-teman Anda.

Tidak ada batasan berapa jumlah link yg ingin Anda masukkan, umumnya blog yg ingin dilink adalah blog yg isinya Anda sukai atau yg juga memasang link blog Anda yg dikenal dg link-exchange atau pertukaran link yg umum dikenal dalam dunia blog (blogosphere).



Sumber: www.fatihsyuhud.com



Baca selengkapnya......

Tuesday, April 14, 2009

Peraturan Desa Jatimulyo

PEMERINTAH KABUPATEN PATI
KECAMATAN WEDARIJAKSA
DESA JATIMULYO
KODE POS : 59152

PERATURAN DESA JATIMULYO
NOMOR 01 TAHUN 2009

TENTANG

PUNGUTAN DESA
TAHUN ANGGARAN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA JATIMULYO
Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan pembangunan pengaspalan jalan dapat terlaksana dengan baik dan lancar, maka perlu di dukung dengan swadaya masyarakat melalui pungutan Desa;
b. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Mengingat

Memperhatikan :

: 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia 1950 Nomor 24, Berita Negara Tanggal 8 Agustus 1950);
2. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 1999 Petunjuk Pelaksanaan dan Peristilahan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 8 tahun 2007 tentang Sumber Pendapatan Desa;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 9 tahun 2007 tentang Alokasi Dana Desa;
Menindak lanjuti hasil rapat Pemerintah Desa, BPD dan LPMD yang membahas tentang pembentukan Panitia Pengaspalan Jalan dan Pungutan atau Swadaya dari masyarakat untuk pengaspalan jalan, pada hari Jum’at tanggal 13 Februari 2009 jam 13.30 WIB bertempat di Balai Desa Jatimulyo

Dengan Persetujuan
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA JATIMULYO
Dan
KEPALA DESA JATIMULYO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA JATIMULYO TENTANG PUNGUTAN DESA JATIMULYO TAHUN 2009 UNTUK PENGASPALAN JALAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Desa adalah Desa Jatimulyo
2. Pemerintahan Desa adalah Pemerintahan Desa Jatimulyo
3. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa Jatimulyo
4. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Jatimulyo
5. Kepala Desa adalah Kepala Desa Jatimulyo
6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang – undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.
7. Keputusan Kepala Desa adalah Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksankan Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa.
8. Pelaksanaan pungutan kepada masyarakat Desa Jatimulyo guna menggali Pendapatan asli Desa yang digunakan untuk penyelenggaraan Pelaksanaan Pembangunan pengaspalan jalan
BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
(1). Di Desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan
(2). Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk di Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada ayat (1) misalnya:
a. Rukun Tetangga (RT)
b. Rukun Warga (RW)
c. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
d. Karang Taruna
e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Pasal 3
Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah mufakat.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
Maksud pembentukan Lembaga Kemasyarakatan adalah :
a. untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kegotongroyongan, menumbuhkankembangkan peran serta masyarakat secara optimal guna membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna;
b. untuk membantu kelancarana tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat;
c. sebagai upaya dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat;
Pasal 5
Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui:
a. peningkatan pelayanan masyarakat;
b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;
c. pengembalian kemitraan;
d. pemberdayaan masyarakat; dan
e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
BAB IV
TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
(1) Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra kerja dalam memberdayakan masyarakat Desa.
(2) Tugas lembaga kemasyarakatan meliputi:
a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipasif;
b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipasif;
c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat; dan
d. Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugsa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, Lembaga Kemasyarakatan mempunyai fungsi:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;
b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan Pemerintah kepada masyarakat;
d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipasif;
e. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat;
f. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan
g. Pemberdayaan hak politik masyarakat.
Pasal 8
Lembaga kemasyarakatan mempunyai kewajiban :
a. membina kerukunan hidup dan kegotongroyongan warga;
b. melaksanakan keputusan musyawarah anggota;
c. melaporkan secara tertulis hal-hal yang terjadi dimasyarakat yang dianggap perlu kepada Kepala Desa untuk mendapatkan penyelesaian;
d. ikut serta meningkatkan kesejahteraan warga; dan
e. membantu merencanakan dan melaksanakan pembangunan di Desa yang bersangkutan.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 9
(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat.
(2) Susunan dan Juklak pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan.
BAB VI
TATA KERJA
Pasal 10
Lembaga Kemasyarakatan Desa mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra kerja dalam rangka pemberdayaan masyarakat Desa.
BAB VII
HUBUNGAN KERJA
Pasal 11
Hubungan kerja antara Lembaga Kemasyarakatan dan Pemerintah Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan Koordinatif.
BAB VIII
SUMBER DANA
Pasal 12
Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dapat bersumber dari :
a. Swadaya Masyarakat;
b. Anggaran Pendapat dan Belanja Desa;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan atau Anggaran pendapatan dan Belanja daerah Propinsi;
d. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten;
e. Bantuan lain yang syah dan tidak mengikat.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Hal-hal yang belum diatur Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa dan atau Keputusan Kepala Desa.

Pasal 14
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam berita Daerah Kabupaten Pati.

Ditetapkan di Jatimulyo
Pada tanggal 28 Nopember 2008
Kepala Desa Jatimulyo



FUAD BASTIAN KAMAL, S.T

Diundangkan di : Pati
Pada tanggal : Nopember 2008
SEKRETARIS DESA JATIMULYO


M.JASMURI

BERITA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN 2008 NOMOR ……

Baca selengkapnya......

ADD : pemkab pati

Dengan adanya realisai Alokasi Dana Desa (ADD) untuk Desa Jatimulyo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati,maka perencanaan dari musyarah warga dapat terwujud serta dapat berkelanjutan. Aspirasi masyarakat lebih terakomodir karena pengambil kebijakan berada di tengah-tengah masyarakat, bahkan mereka sendiri bagian dari pengambil keputusan,
Pelaksanaan pembangunan di desa menjadi maksimal karena realistis, dikerjakan sendiri, dan mendapat dukungan swadaya dari masyarakat. Kontrol langsung secara intensif dari masyarakat memungkinkan, dan dapat meminimalisir bahkan meniadakan penyimpangan. Peningkatan kapasitas stakeholders desa untuk melaksanakan proses partisipatoris dalam perencanaan dan penganggaran di tingkat desa, peningkatan kapasitas fasilitator desa juga akan mendorong partisipasi dan mendorong munculnya inovasi di tingkat desa, artinya pengembangan potensi di masing-masing desa akan lebih baik dan terarah,
Disamping itu juga manfaat penyerahan urusan kabupaten kepada desa akan dapat memenuhi, sesuai keinginan dan kebutuhan warga lokal secara lebih baik. Pengambilan keputusaan lebih dekat pada orang yang dimaksudkan, dalam penyediaan pelayanan, sehingga lebih responsive pada perhatian dan keinginan local. Hal ini sangat baik dan mempertinggi kompetisi antar desa (dalam kabupaten) dan inovasi dalam penyediaan pelayanan umum,
Ada tujuh (7) langkah penyerahan urusan yakni, buat list urusan pemerintahan secara umum, identifikasi urusan pemerintahan yang sudah jelas merupakan wewenang pemerintahan yang lebih tinggi (daerah, provinsi,pusat). Lihat aturan yang menetapkan bidang urusan pemerintahan yang dapat diserahkan kepada desa (UU 32/2004, PP. No. 72 tahun 2005, Permendagri 30/2006) – ada 31 bidang urusan yang dirinci menjadi 223 jenis urusan, kemudian sortir wewenang pemerintah yang seharusnya ada di desa dengan kriteria karakteristik yang sesuai (geografis, kemampuan personil, kemampuan keuangan, efisiensi, efektivitas). Merumuskan kembali daftar/list urusan pemerintahan kewenangan desa sesuai dengan potensi, kondisi, dan kemampuan masing-masing desa, dan menetapkan jenis-jenis urusan pemerintahan yang akan diserahkan ke desa dalam bentuk Perda serta Implementasi dan monitoring.
Kriteria urusan yang layak diserahkan diantaranya, urusan berskala lokal desa urusan tersebut memerlukan pengambilan keputusan yang khusus/spesifik/unik untuk desa tertentu, urusan tersebut tidak memiliki konsekuensi-konsekuensi yang signifikan bagi tujuan/prioritas pemeritahan yang lebih tinggi dan dampak yang ditimbulkannya, -baik positif maupun negatif- tidak melewati batas desa/tidak menimbulkan eksternalitas lintas desa.Sehingga urusan tersebut dalam pelaksanaannya lebih menguntukan bila dilaksanakan pada skala desa. Dengan kata lain, pembiayaan urusan tersebut paling efisien jika dikelola desa. Kriteria tambahan, yang berlaku hanya dalam keadaan tertentu; yaitu urusan tersebut memerlukan waktu respons yang cepat,” jelasnya,
Hetifah juga memberikan catatan terhadap kajian tersebut mengatakan, penyerahan urusan tidak cukup hanya meng-copy paste Permendagri 30/2006 – daerah perlu melakukan verifikasi terhadap kesesuaian potensi desa yang didasarkan pada beberapa pertimbangan, adat istiadat/seni budaya, kehidupan sosial, keselamatan lingkungan, hak gotong royong, keselamatan .
Perda harus lebih mempertegas dan menjabarkan pokok-pokok urusan dari Permendagri tersebut menjadi lebih teknis dan siap diimplementasikan. Misalnya apa yang dimaksud dengan Bidang Pertanian dan Ketahanan pangan? Masih belum jelas apa persisnya urusan yang diserahkan. Penentuan musim tanam? Pengembangan bibit lokal? Penetapan tata guna lahan? Pengelolaan saluran tersier? (aan).

Baca selengkapnya......

PENELITIAN : PEMURNIAN MINYAK JELANTAH

Minyak goreng adalah minyak yang diperoleh dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam bebas, dan zat-zat warna.
Dampak yang ditimbulkan akibat pemanasan atau penggunaan kebutuhan sehari-hari dapat merubah sifat-sifat fisik serta kimia dari minyak goreng. Minyak goreng yang telah berubah baik sifat fisik maupun kimia, mutunya dapat diperbaiki dengan menambahkan asam sitrat dan diproses dengan steam destilasi.
Kemudian mekanisme kerja dari percobaan yaitu dengan menambahkan asam sitrat 0.01 – 0.1 % berat, kemudian ditambahkan sedikit alkohol dan dipanaskan (±65oC) sambil diaduk. Tujuan penambahan alkohol dan pemanasan adalah untuk melarutkan asam lemak bebas sehingga mudah dihilangkan dengan proses stripping dengan menggunakan tekanan steam 20, 30 dan 40 mmHg. Setelah diproses, kemudian dilakukan beberapa analisa yang meliputi bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan peroksida dan indeks bias serta warna dan bau.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa pada variasi tekanan steam dan berat asam sitrat yang ditambahkan dihasilkan kualitas minyak goreng yang paling bagus pada tekanan steam 40 mmHg dan berat asam sitrat 0.1 % berat dengan bilangan asam 1.2735, bilangan peroksida 10.3, bilangan penyabunan 10.098 dan indeks bias 1.4663. Dimana steam destilasi dapat menghilangkan bau yang tajam pada minyak goreng bekas.hasil ini telah diuji coba

Baca selengkapnya......

Sunday, April 12, 2009

DPU bertanggung jawab Jalan Rusak

Penguatan infrastruktur jalan di Kabupaten Pati perlu ada pemebenahan.terutama untuk jalur alternatif.Jalan alternatif Wedarijaksa – Jetak yang menghubungkan Pati Juwana sepanjang 2.5 km saat ini sudah rusak berat.terlebih saat ini jalan tersebut dijadikan jalan utama karen Pantura Pati Juwana ditutup sebagian karena adanya perbaikan.truk dan bus dengan tonase ang melebihi kapasitas dan kelayakan jalan turut andil dalam rusaknya jalan tesebut.tercatat 5 korban meninggal akibat rusaknya jalan alternatif wedarijksa - Jetak.Pemerintah Kabupaten Pati melalui Dinas Pekerjaan Umum terkesan lambat dalam menangani permasalahan ini.Berkali – kali usulan Pemerintah Desa Jatimulyo telah disampaikan namun belum ada realisasi.Disamping itu Jalan Poros yang sudah terangkum dalam daftar usulan Musrembang juga tak kunjung mendapat tanggapan.harapan dari seluruh masyarakat agar usulan tersebut untuk dapat segera terpenuhi karena jalan tersebut merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dapat segera terwujud.(aan)

Baca selengkapnya......

hasil pemilu

Seperti yang telah di ramalkan sejak semula bahwa Desa Jatimulyo akan menjadi kantong Partai berbasis Islam.PKNU yang menempatkan 2 calon legislatif meraup hasil yang cukup signifikan.Partai tersebut meraup 550 suara atau 80 % suara dari pemilih yang sah di Desa Jatimulyo.menempati urutan ke dua Partai Demokrat meraih 75 suara serta dan sebagian kecil Partai – partai yang lain.seperti penuturan salah satu caleg yang kemarin berhasil ditemui tim warta Desa bahwa daerah Dapil 2 Pati adalah basis dari PKNU.terutama untuk kecamatan Wedarijaksa dan Kecamatan Trangkil.PKNU hanya kalah dari Partai Demokrat yang secara gemilang meraup suara 2 kali lipat dari pemilu 2004 lalu.(aan)

Baca selengkapnya......

Saturday, April 11, 2009

the election system

The government should have already changed the election system for the election this year 2014.manajemen snafu that should be a valuable lesson for Election Pemerintah.Penerapan system for the village community level have a very low it seems not yet ready to accept a new system that is now diterapkan.ini seen so many letters that have damaged the entire TPS.informasi who received the Government Jatimulyo Village Voice damaged almost reached 50% (the percentage of the fears) of the number of people who came. Still much confusion when people enter the room suara.Mereka average takes almost 15 minutes to implement the right with.
However, it is a brisk zest of mencontreng for less than what the government has the Village Jatimulyo prediksikan.Rata - Average TPS were each nearly 90% pemilih.Sikap as enthusiastic about this role and form the Government in the Village Jatimulyo mensosialisakan elections this time.

Baca selengkapnya......

Friday, April 3, 2009

Mandailing : Kesenian Yang Hampir Punah


Mandaling adalah sebuah kesenian yang berkembang awal tahun 1960 an.Bercerita tentang keadaan di sebuah kapal yang berisi bermacam – macam penumpang.karena lamanya perjalanan di laut maka terjadilah sebuah interaksi budaya.ada belanda yang diwakili noni dan sinyo, arab dengan menampilkan tokoh bernama Ibrahim dan adam dan orang jawa keturunan bernama Adam. Perpaduan tersebut menjadi sebuah nyanyian berpantun dan diiringi musik melayu ( Musik yang popular pada masa itu ).
Dari sisi cerita mungkin kesenian mandailing sudah sangat tertinggal dari kesenian – kesenian yang lain.Namun kesenian ini oleh Pemerintah Desa Jatimulyo coba untuk dilestarikan dengan megundang para pemain yang dulu pernah terlibat yang tentutunya untuk usia yang sekarang sudah cukup tua.
Untuk pertama kalinya diundang dalam sebuah forum kesenian yang diselenggarakan Dewan Kesenian Pati untuk memperingati Gebyar Tahun Baru 2009 yang dihadiri oleh Bupati Pati
Masih sangat jauh dari kesempurnaan namun mendapat simpati yang bagus karena merupakan kesenian yang sudah hampir punah.
Semoga pihak – pihak yang merasa peduli mampu. Mampu memberikan semangat dengan apa yang telah dirintis oleh Pemerintah Desa Jatimulyo.(aan)

Baca selengkapnya......

Tanpa Pemanasan, Air Sumur langsung Dapat Diminum


IPTEK
AIR merupakan kebutuhan sangat vital bagi kehidupan manusia. Jika kebutuhan air belum tercukupi, memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Air yang layak diminum mempunyai standar persyaratan tertentu, yakni fisis, kimiawi, bakteriologis dan syarat ini merupakan satu kesatuan.

Seumpama satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat, air tersebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas, jelas akan menimbulkan gangguan kesehatan. Baik secara langsung dan cepat, maupun tidak langsung dan secara perlahan.Sehingga hal ini sangat patut untuk dicermati

Untuk menanggulangi masalah tersebut, salah satu alternatif adalah dengan cara mengolah air tanah atau air sumur. Sehingga didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan.sehingga tujuan dari alternatif proses tersebut dapat dicapai

Tujuan teknologi pengolahan air ini adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Khususnya, masyarakat yang masih menggunakan air tanah atau air sumur sebagai sumber kebutuhan air bersih. Sedangkan sasarannya adalah menyebarluaskan paket teknologi pengolahan air sumur yang siap minum kepada masyarakat yang memerlukan.

Unit alat pengolahan air ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas air sumur atau air tanah. Sehingga, langsung dapat diminum tanpa proses pemanasan. Unit alat ini sangat cocok digunakan untuk keperluan asrama, pesantren serta pemukiman padat penduduk.

Adapun bahan yang digunakan untuk pengolahannya adalah pasir silika, kerikil, mangan zeolit, karbon aktif butiran (granular), dan kaporit.

Sementara spesifikasi teknis peralatan untuk kapasitas 10.000 liter/hari adalah pompa air baku, pompa dosing, tangki bahan kimia, tangki reaktor, saringan pasir cepat (sand filter), filter mangan zeolit, filter karbon aktif, filter cartridge dan sterilisator ultra violet.

Untuk mengolah air sumur menjadi air yang siap minum, proses pengolahannya adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1. Air dari sumur dipompa dengan menggunakan pompa jet, sambil diinjeksi dengan larutan klorine atau kaporit dialirkan ke tangki reaktor. Dari tangki reaktor, air dialirkan ke saringan pasir cepat untuk menyaring oksida besi atau oksida mangan yang terbentuk di dalam tangki reaktor. Setelah disaring dengan saringan pasir, air dialirkan ke filter mangan zeolit. Filter mangan zeolit berfungsi untuk menghilangkan zat besi atau mangan yang belum sempat teroksidasi oleh khlorine atau kaporit.

Nah, dengan demikian, air sumur atau air tanah yang sudah diproses sedemikian rupa, bisa langsung diminum tanpa proses pemanasan.

Baca selengkapnya......

Thursday, April 2, 2009

menciptakan raksasa backlink

menciptakan raksasa backlink

Baca selengkapnya......

Appropriate Use of Technology category

Calculating Capacity and Selecting System Process and System processor

The main purpose of designing and building a chemical factory is to get added value in terms of the economy from a raw material. Increased economic value is done in a way to make raw materials into a product that has a value of selling the company so that higher processing gain profit (profit). In the factories that produce goods such as basic chemical fertilizer urea, acid sulphate, ethanol and the like, standard quality is just simply the composition and purity. Selling price of products and raw materials for each and keep a certain innocence. For factories such as this, the option to get more profit by increasing the quality is not but in a way to save production costs and increase the amount of product produced per year. The amount of product produced per unit of time is what is called the production capacity.
The calculation of production capacity to be careful that a very important aspect in the business get more profit. Of course, this calculation should be supported with the analysis of the needs of the market carefully, as has also disinggung in part 1. Increase the production capacity can be done in a way and add or modify existing equipment to operate more optimally and efficiently. Modification of this system requires an understanding of the process and the system processor.
Supposing you want to conserve fish milkfish. You have several options how preservation: dried, marinated or diasapkan. Ways of curing this process is called the system. If you select a system process to preserve milk evaporation, next only to the system is called evaporation. Your product is milkfish smoke. To make milkfish smoke, again you see the system selection process, use of smoke in the form of gas or liquid smoke. If you choose to use the smoke gas, you need a fireplace to smoke and smoking room. If you choose to use liquid smoke, you will need a container, a bucket for example, to soak in the milk liquid smoke. Hearth of smoke, smoking room and a bucket system is processing. Illustration of the milkfish smoke is expected to stabilize the process of understanding the system and the system processor.
Business production in the chemical factory system requires various processes and systems that dirangkai processor in a system that restrained the production process. For easier, a series of system is called the production process technology. In addition to market demand and availability of raw materials and utilities, as has been disinggung in section 1, the performance of the process technology is also a benchmark in determining the production capacity could be due to a technological process has a minimum capacity limit that the company remains a profit.
Process technology that are sold in the form of license is usually displayed in the form of a set of system processes, called alir diagram or block diagram. Alir diagram showing a more detailed set of system processor and is called a flow chart. Any license that is a load and be licensed or patented technology for the design process. You may often hear the Kraft process technology for the production of cheese, Richard process for purifying salt, Kelloggs process technology for the production of milk powder, the process for the production process Faurchild glass window. Like Nobel awards for scientists, Pulitzer award for journalists, the Kirkpatrick Award is an award for international designer of the factory production process technology, chemicals that are considered to contribute or a new breakthrough in the world's most creative design process technology. Diagram Alir Mass and Energy Balance
Efforts to create a block diagram flow chart calculation requires the mass and energy balance. Mass balance is the amount of study materials that enter, exit and who terakumulasi from each system process. Energy balance is a series of processes and the overall study about the amount of energy (heat) that must dipasok or excluded from each set of system processes and the process overall. The development of computing technology have been helpful in providing a variety of software for calculation of mass and energy balance, including Hisys and ChemCad.
The most interesting data from the mass and energy balance is the amount of each raw material, and the fuel needed to produce per unit selling products, such as per kilogram or per liter. Calculation of product acquisition can be determined from the data. Obtaining meaningful, how many percent of the raw materials that diumpankan changes to the product. The calculation of profit per unit sale also can be determined from this data. If you want to invest capital to build the factory re-acquired after the factory to operate in a certain period of time, you can estimate how many products must be made in this period with this data. In other words, you have set your production capacity.
Things that needs to calculate the mass and energy balance is the basic calculation in terms of process technology. Factory that performs a continuous production process (continuous) 24 hours a day 300 days a year as plant fertilizer and petroleum refining factory using the basic calculation of the rate of production, the rate of materials that enter and exit the system per unit time is short, for example, per hour or per minute .
Use the basic calculation is not suitable to the operating system process partaian (batch) or a process that requires time to operate in, for example, the fermentation process. For example, you might be able to make a tape (peuyeum) 480 kg in one process with a long fermentation process 2 minutes. The calculation you will be more accurate if you use the basic calculation of 1440 kg per week of 10 kg per hour, with the presumption 6 working days a week.
Basic calculations should also consider the range of time between the delivery of raw materials and product sales. What raw materials are sent in a certain amount once a week, once a month or three months. Considerations also affect this large warehouse is needed. System Pereaksian and Separation Systems & purification
Elections into the system processor unit process technology is very dependent on the work load processor system is known from the calculation of mass and energy balance. In general, the main system from a chemical plant is a system process pereaksian, who then called for pereaksian system, and system separation & purification processes, which then called for pemisahaan & purification systems. While there are factories that process the system only consists of a main system separation & purification factory just like sugar and the salt factory, or just like any system pereaksian soap factory.
Pereaksian system is a typical chemical plant. The process of change of raw materials into products occurs in this system. The questions that need to be answered before the design is how the system pereaksian equality and stoikiometrinya reaction, the temperature and pressure the reaction will be, whether the material akan direaksikan on solid phase, liquid or gas, whether the catalytic reaction requires, whether the phase catalyst is used solid or liquid, whether these reactions generate heat or require heating the reaction and how long it lasts.
Processing system for system process is pereaksian reactor. There are two most popular theoretical models used in designing the reactor to operate in circumstances tunak, namely continuous Stirred Tank reactor (CSTR) and plug flow reactor (PFR). The difference is the basic assumption that the concentration of the components involved in the reaction. CSTR reactor model is a form of berpengaduk tank and the mixer is assumed to work in the floatation tank is perfect so that the concentration of each component in a reactor of uniform concentration of the flow out of reactor. This model is usually used in the homogeneous reaction in which all the raw materials and katalisnya berfasa liquid, or a reaction between liquid and gas with a liquid catalyst. For heterogeneous reactions, for example, between the raw material gas with the solid catalyst using the PFR. PFR-like water from the sand filter. Catalyst placed in a pipe and from between the catalyst missed the raw materials such as water passes between the sand in the filter. Assumptions used is no difference in the concentration of each component involved in along the way fingers pipe.
Separation and purification systems aim to be the result of pereaksian system in accordance with market demand so that eligible sold. Separation system is also sometimes necessary to prepare the raw materials so that the concentration or the situation in accordance with the catalyst which helped organize the reaction.
Elections separation and purification system depends on the difference in the nature of physical and chemical nature of each component to be separated. Physical nature of the differences that can be used to separate components of a mixture is a phase difference (solid, liquid or gas), particle size differences, differences in static electricity load, the difference of vapor pressure and boiling point or point bekunya difference. Differences in the nature of the chemical can be used to separate components of a mixture is the solubility and level kereaktifan.
Processing system that is built depends on the type of difference in what you want used to separate components. System processing tool and filter room precipitation can be used to carry out the separation process system padatan of liquid or gas, to separate the two liquid phase not only can be dissolved using settling space. Processing tool filter system can also be used to separate the solid material with particles of different sizes. System separation and purification processing the most prevalent chemical in the factory is the distillation and extraction. Distillation utilizing the difference of vapor pressure difference of each component while extraction utilizing solubility differences in the degree of one type of component or a solvent mixture.
System change and Heat System Utilities
The two main systems on the process, both system and system pereaksian separation & purification processes require operating conditions on a certain temperature and pressure. Increase or decrease pressure is usually carried out by raising the temperature in a volume of space and its contents be kept. A system change is required in order to heat the main system can take place.
System for processing trade system is a tool pemindah hot summer ataau known as the heat exchanger. Things that need to be in the design and select the heat exchanger is the temperature and pressure during the process of transfer of heat occurs, the phase fluida give and receive hot, and whether changes occur in the phase fluida the heating or heated, and the physical nature of each fluida. Physical nature fluida include heat capacity (Cp), kalor evaporation, scale and speed of moving heat. Things above considered to determine the broad surface of the touch between fluida heating and heated so that the process of transfer of heat perfect.
In the factory, usually hot 'stored' in the fluida kept at a certain temperature and pressure. Fluida the most common use is hot water and steam because of cheap and has a high heat capacity. Fluida other conditions usually used to exchange heat at a temperature above 100 C in the atmosphere of pressure. Water or moisture bertekanan (called vapor) get hot from the furnace or boiler.
Heat removal system is not only tasked to provide heat, but also absorb heat. For example, the system absorbs heat from the process that produces energy system such as a process that involves the reaction eksotermik or absorb heat so that the condition of the system under room temperature or the temperature around. To penyerap summer so that the temperature below room temperature using a refrigerant usually factory, the same material with which to work on your refrigerator. The use of water as a medium for cooling also limit the physical nature of boiling point and freezing point. Cooling water temperature to be returned to a temperature around room temperature or for it to be re-enabled as a refrigerator. Processing system that is doing this cooling tower.
Cooling tower, boiler and furnace systems, the processing system for the heat and hot waster system. Second system of this process together with the air bertekanan system, the system provider of electricity and clean water production for the needs of the support system is a system process called the main utility system. Needs of utilities and system performance depends on how well the system is capable of utilities' serve 'the needs of the primary system and depends on the efficiency of the use of raw materials and fuel.
Factory does not need to have their own utility system processor. Electricity, for example, factories can be purchased from PLN PLN if local capacity is adequate, or buy from the neighboring factory. Similarly, for waste processing unit, a unit of steam & water cooling unit and the air bertekanan. On an industrial area, for example, in Singapore, some of the utilities for the entire area is managed by the state. The withdrawal & PLN PDAM in Indonesia, Singapore, have a waste processing company, the company's gas fuel & air bertekanan. In some areas that are still not affordable to the company network, there are private companies that appointed government needs to sell the utility. This became one of the benefits of the more enthralling for investors to infuse capital in Singapore.
If you want to provide a factory utilitasnya own system, the system processor to the system utility easily obtainable in the market. Many companies that sell boiler or furnace in a variety of heat capacity. Just as electricity generators and water cleaning equipment. You determine how much heat is needed factory per hour or per day, the same as determining how many kWh of electricity you need. The seller will recommend a boiler or electrical generator according to your needs even memasangkannya in your factory.
Indeed, the design processing system for utilities not serumit process of designing the system and the main system processor. Both systems require knowledge of chemistry and chemical engineering depth to the process technology that will be built. If you buy a license the technology, you can entrust the design and development of the factory on the seller license, of course with the purchase price is higher. You can use the services in a consultant company to design and build the system and the system main processor if you want to design their own process technology. Companies engaged in the design services that have chemical factories in Indonesia are PT Engineering Industry (ReKin) and PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT).
After the design and development of the factory is completed, the factory should be operated in a restrained and produce quality products with the same reserve. For that, the factory is equipped with the necessary system control and system management of human resources involved, which will manage and control the production process. The description of the general system control and management system of a factory will be loaded on any posts next, along with a general study on the economic feasibility of a factory.
Thanks to:
Erna Mulyani, Donna Sulistia Kusuma & S. Adi Tursilo already improved this paper.
Further reading:
* Turton, Bailie, Whiting & Shaelwitz "Synthesis Analysis and Design of Chemical Processes"
* Smith "Chemical Process Design"
* Bowman "Applied Economic Analysis for Technologists, Engineers and Managers"
* Martyn.S.Ray & Martin.G.Sneesby "Chemical Engineering Design Project"
* Tarek.M. Khalil "Management of Technology"
* Dutta & Manzoni "Process Reengineering, Change & Performance Improvement"
* Kunto Mangkusubroto & Listiarini Trisnadi "Decision Analysis"
* Susilo & Wilson "Site Remediation, planning & management"
* Himmelblau "Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering" 5th edition. Prentice Hall
* Treybal "Mass Transfer Operation" 3rd edition Mc Graw Hill
* Klaus Sattler & HJFeindt "Thermal Separation Process" Willey International Edition
* Humprey & Keller "Separation Process Technology" Mc Graw Hill
* Froust, Menzel, Clump, Andersen "Principles of Unit Operation" Jhon Willey & sons
* Cheremisinoff "Handbook of Chemical Process Equipment" * Heinennman Butterworth
* Perry Green "Perry's Chemical Engineering Handbook" 5th edition. Mc Graw Hill
Branan * "Rules of Thumb for Chemical Engineers"
* Austin Shreve "Shreve's Chemical Process Industries" 5th edition. Mc Graw Hill
* Mc Ketta "Unit Operations Handbook, Vol 1 & 2" Dekker

Baca selengkapnya......

Bioethanol, Alternative Energy

Continuity of fossil fuels (fossil fuel) issue - at least Edua serious threat: (1) economic factors, such as the availability of collateral fossil fuels for several decades, the problems of supply, price, and fluktuasinya (2) pollution resulting from fuel combustion emissions fossil to the environment. Pollution caused by burning fossil fuels have impact directly and indirectly to human health derajad. Pollution can be a direct gas-dangerous gas, such as CO, Nox, and UHC (unburn hydrocarbon), as well as metallic elements such as proportional (Pb). While pollution does not directly form the majority of explosion of the number of CO2 molecules impacting on global warming (Global Warming Potential). Awareness of the threat was serious intensify various research aims to produce the sources of energy (energy resources) or of energy (energy carrier) is more assured Sustainability (sustainable) and more environmentally friendly.
Alcohol for fuel
Use of alcohol as fuel began to be implemented and examined in the USA and Brazil since the occurrence of fossil fuel crisis in the two countries in the 1970s. Brazil recorded as one of the countries that have high seriousness in the implementation of the alcohol fuel for motor vehicles with the use of fuel ethanol at this time reached the national 40ecara (Nature, 1 July 2005). In the USA, relatively cheap fuel, E85, which contains ethanol 85emakin popular in the community (Nature, 1 July 2005).
In addition to ethanol, Methanol was also used as a fuel alcohol in Russia (Wikipedia), while the Environment Ministry of Japan has been in the year 2008 targets gasolin + ethanol mixture 10kan used to replace the entire gasolin in Japan. The same Ministry also ask automobile manufacturers in Japan to create a vehicle that is capable of operating with the fuel mixture to start in 2003 (The Japan Times, 17 December 2002).
The Government of Indonesia, in this case the State Ministry of Research and Technology has been targeting at least one factory making biodiesel and gasohol (a mixture of alcohol and gasolin) in the year 2005-2006. Besides, that also targeted the use of bioenergy will reach 30ari national energy supply in 2025 (Kompas, 26 May 2005).
Ethanol can be used in pure form or as a mixture for gasolin fuel (gasoline) and hydrogen. Ethanol interaction with hydrogen can be used as a source of energy in the fuel cell or combustion in the engine (internal combustion engine) conventional. On this paper, discussed briefly: (1) the impact on the use of ethanol in combustion engines with spark plugs ignition (spark ignition), and (2) the implementation of fuel ethanol in Brazil-the country has serious use of fuel ethanol.
The use of ethanol in combustion engines in
Nowadays, almost all the engine power is used on vehicles using the engine in burning. Gasoline engine (Otto) and diesel are the two types of combustion engines in the most widely used in the world. Diesel engine, which has higher efficiency, grow rapidly in Europe, the USA, while communities that tend to worry in the pollution level of sulfur in diesel and UHC, prefer gasoline engines. Although at this time, the quality of diesel fuel and diesel engines used in Europe is the better of berimplikasi on low sulfur emissions and UHC. Ethanol, which is teoritik have octane number above the maximum standard gas, applied as a suitable substitute in part or in whole on the gasoline engine.
There are a number of internal characteristics, which caused the use of ethanol in the ethanol Otto engine better than gasolin. Ethanol research have the number 108.6 and the motor Octane Octane 89.7 (Yuksel et al, 2004). Numbers (especially research Octane) exceeded the maximum value that may be achieved by gasolin (even after the added aditif on gasolin). As a note, gasoline sold Pertamina has a 88 Octane number research (Website Pertamina) (note: the information is not available for motor Octane Website gasolin in Pertamina, but generally lower motor Octane Octane than research).
Octane number fuel engine on the Otto show terbakarnya ability to avoid the mixture of fuel-air time before the (self-ignition). Terbakarnya mixture of air-fuel engine in Otto akan cause premature phenomenon percussion (knocking), which potentially reduce engine power, can even cause serious damage to the engine components. During this time, percussion phenomenon limiting the use of the compression ratio (the comparison between the volume of the cylinder volume remaining) on the high gasoline engine. The high octane number of ethanol allows the use of a high compression ratio in the Otto engine. The correlation between the efficiency of the compression ratio on the fact that berimplikasi Otto engine based fuel ethanol (in part or in whole) has a higher efficiency compared to gasoline fuel (Yuksel et al, 2004), (Al-Baghdadi, 2003). To the mixture ratio of ethanol: gasoline reaches 60:40 the efficiency up to 10 Yuksel et al, 2004).
Ethanol has one molecule in the order OH molekulnya. Inherent in the oxygen molecule in ethanol is helping these burning mixture of air-fuel in the cylinder. Plus the range keterbakaran (flammability) is wide, ie, 4.3 - 19 voldibandingkan with gasoline that has a range keterbakaran 1.4 - 7.6 vol-air combustion mixture of fuel ethanol to be more well-trusted as this causes the relatively low emissions compared to CO-air combustion gasolin, ie, about 4 et al, 2004). Ethanol also has a summer evaporation (heat of vaporization) is high, ie 842 kJ / kg (Al-Baghdadi, 2003). The high heat causes evaporation energy is used to vaporize ethanol is greater than gasolin. About the consequences of this is the peak temperature in the cylinder will be lower in comparison with burning ethanol gasolin.
The low NO emissions, a condition in the atmosphere will form NO2 which is toxic, is relatively low as a result of the peak combustion temperature in ethanol in the cylinder. At the compression ratio of 7, Nox emissions reduction can be reached 33ibandingkan of Nox emissions generated in the combustion gasolin the same compression ratio (Al-Baghdadi, 2003). From the order molekulnya, ethanol has a carbon chain is shorter than gasolin (molecular formula is C2H5OH ethanol, while gasolin has a chain C6-C12 (Wikipedia) with a comparison between the H atom and C is 2:1 (Rostrup-Nielsen, 2005)). Short chains of carbon atoms in the ethanol in the UHC emissions cause burning ethanol are relatively low compared with gasolin, ie, to deviate 130 ppm (Yuksel et al, 2004).
From the above explanation, that the use of ethanol (in whole or in part) at the Otto engine, causing a positive increase in engine efficiency and decrease emissions CO, Nox, and UHC compared with the use gasolin. However, it should be noted that higher aldehyde emissions in the use of ethanol Emeski danger to the environment aldehyde emissions are lower than the various emissions gasolin (et al, 2004). In addition, in principle, the CO2 emissions produced by burning the ethanol will also be used by plants to produce ethanol. So different from fossil fuels, burning ethanol does not create a number of new CO2 to the environment. Especially for cases in Indonesia, where gasoline is sold Pertamina still contain reciprocal (TEL) of 0.3 g / L and 0.2 sulfur wtWebsite Pertamina), the use of ethanol clearly better than gasoline. As known, TEL is one of the substances aditif used to increase the gasoline octane number, and this substance has been banned in many countries in the world because of the nature racunnya. The existence of sulfur is also a concern in the USA and Europe because of the impact of the ditimbulkannya for health.
Akan pure ethanol reacts with the rubber and plastic (Wikipedia). Therefore, pure ethanol can only be used on machines that have been modified. It is recommended to use rubber fluorokarbon as a substitute for rubber components in the conventional Otto engine. In addition, ethanol molecules that are polar will be difficult to mix perfectly with the gasolin relatively non-polar, particularly in the liquid condition. Therefore, modifications need to be done on machines that use a mixture of ethanol-fuel gasolin so that both types of fuel can be evenly mixed in the fuel space. One of the innovations on the problems this is creating additional special carburettor to ethanol (Yuksel et al, 2004). At the time step hisap, steam and ethanol mixed gasolin akan during travel from the carburettor to fuel space Ememberikan level of mixing is better.
Studying the case of fuel ethanol in Brazil
Brazil a program of fuel ethanol in large scale since the occurrence of the oil crisis in the 1970s era (Riberio et al, 1997). Ethanol extracted from sugar cane (sugarcane). The plant is not used in the production of sugar / ethanol, ie, bagasse, are used as fuel for distillation to produce ethanol and electricity Ebaik to meet the needs of electricity and ethanol plant sold to the public. Burning bagasse relatively environmentally friendly fuel than oil and coal. Gynecology only bagasse ash coal 2.5dibandingkan: between 30-50 and bagasse also does not contain sulfur (Wikipedia). By using bagasse, ethanol factory Feed does not require energy from outside, thus he can sell the remaining electricity to the dihasilkannya community. Especially since it occurred in the summer, when the power of water can not meet the maximum demand in the public electricity (Wikipedia).
Position of the fuel ethanol program and products to them in Brazil during the period 2003/2004 (kecual mentioned otherwise) are:
Agricultural area: 45.000 m2 in 2000
Labor: 1 million jobs - (50ertani, 50emrosesan)
Sugarcane: 344 million tons (50-50 for sugar and alcohol)
Sugar: 23 million tons (30ieksport)
Ethanol: 14 million m3 (7.5 anhydrous, 6.5 hydrated; 2.4ieksport)
Bagasse dry: 50 million tons
Electricity generated: 1350 MW (1200 MW is ethanol plant, 150 MW sold to the public) in 2000
Source: Wikipedia
* As a comparison, PLTU Suralaya which is a supplier of electricity 25ebutuhan Java-Bali has a capacity of 3400 MW (Source: Miningindo).
The use of fuel ethanol (pure or mix with gasolin) has calculated the CO2 emissions in Brazil from the year 1995-2010 was 293 tons (hypothetical low) to 461 tons (hypothetical high). This means that the annual CO2 emissions can be reduced in Brazil is about the hypothetical high 12ila (Riberio et al, 1997).
Implementation of fuel ethanol in Brazil does not run forever mulus. Political support and incentives needed for the sustainability of government programs. At the beginning of the implementation program of fuel ethanol, ie, in the 1980s, more than 90obil sold in Brazil is that of a car specific fuel ethanol (Riberio et al, 1997). But not lancarnya ethanol supply in the early 1990s caused car sales to reach the same only less than 1i 1997 (Riberio et al, 1997). In 1997, only half of the whole number of cars in Brazil that uses a special fuel ethanol, while the rest use a mix gasolin + ethanol (up to 22 (Riberio et al, 1997). Meanwhile, at this time, as presented in the beginning, 40asokan energy originating in Brazil of bioethanol (Nature, 1 July 2005).
The influence of the environment
Some American scientists outs bioethanol implementation of the environmental problems appear by bioethanol production chain. Scientists is to highlight the practice of burning their fields in order to make it easier to harvest sugar cane, soil damage due to threats to the biodiversity, the use of large amounts of water to clean the sugarcane, and soil erosion caused by sugar cane cultivation practices (Nature, 1 July 2005). In addition, some people also questioned the ratio between the energy produced to energy required in ethanol production, which only reached 1.1 (Rostrup-Nielsen, 2005).
To minimize the negative impact of ethanol production chain, the government of Brazil has issued rules that prohibit burning cane fields before harvest, and instead used machines pemanen to facilitate and speed up the harvest, (Wikipedia). Assessing the quantitative implementation of ethanol, such as that practiced in Brazil, should also be a factor next to the product of bagasse produces electricity (in a significant amount) and the effect of reducing CO2 emissions correlate positively to the level of public health. In the case of hydrogen fuel, Jacobson et al (2005) estimates that around 3700 - 6400 people per year akan terselamatkan if all vehicles in the USA migrate using hydrogen fuel is raised from wind energy. Therefore, if the factor-factor is calculated succession, appears to be the use of bioethanol will be superior to the gasolin. While the threat to biodiversity may be solved by using some plants as a source of ethanol. Although relatively more difficult in the settings, multicultural practices were expected to decline in the quality of the soil drastically.
Conclusion
Two serious threats that arise due to dependence on fossil fuels, namely: economic factors (the result of limited exploration in the supply, price, and fluktuasinya), and the factors fossil fuel pollution that harm the environment, would not want to force people to consider alternative energy pengadaannya a more assured and friendly towards the environment. Gasohol is an alternative that allows a transition to the implementation of alternative energy to run with mulus.
From the engineering and power generation waste gas emissions, ethanol (in the form of pure or mixture) relative to the superior gasolin. The use of ethanol as fuel in the combustion in the engine will improve engine efficiency, and decrease the level of gas emissions harmful to the environment (relative to gasolin). Side products such as electricity, and the impact of a decrease in CO2 emissions are the two value added which is very positive contribution to the environment.
There are several things you can learn from Brazil in the implementation of the bioethanol fuel, namely: (1) The need to diversify sources of ethanol to avoid the decline in soil quality drastically (2) Implementation of fuel bioethanol better start from mixing gasoline + ethanol, not from the use of bioethanol 100Hal will ensure the transition towards more bioenergy mulus Esembari prepare a more mature era in case the use of bioethanol 100ipandang has arrived (3) Need for close cooperation with the automotive industry to provide a vehicle for the implementation of the optimal fuel gasoline + ethanol (4) Need synergies between institutions and between the central and local governments in the provision of raw materials, processing, and distribution of fuel bioethanol.

Baca selengkapnya......

Bioethanol, Alternatif Energi


Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan - paling sedikit Edua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya (2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan.
Alkohol untuk bahan bakar
Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di USA dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40ecara nasional (Nature, 1 July 2005). Di USA, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung ethanol 85emakin populer di masyarakat (Nature, 1 July 2005).
Selain ethanol, methanol juga tercatat digunakan sebagai bahan bakar alkohol di Rusia (Wikipedia), sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup Jepang telah mentargetkan pada tahun 2008 campuran gasolin + ethanol 10kan digunakan untuk menggantikan gasolin di seluruh Jepang. Kementrian yang sama juga meminta produsen otomotif di Jepang untuk membuat kendaraan yang mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran tersebut mulai tahun 2003 (The Japan Times, 17 December 2002).
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Negara Riset dan Teknologi telah mentargetkan pembuatan minimal satu pabrik biodiesel dan gasohol (campuran gasolin dan alkohol) pada tahun 2005-2006. Selain itu, ditargetkan juga bahwa penggunaan bioenergy tersebut akan mencapai 30ari pasokan energi nasional pada tahun 2025 (Kompas, 26 Mei 2005).
Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. Pada tulisan ini, dibahas secara singkat: (1) dampak penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition), dan (2) implementasi bahan bakar ethanol di Brazil -negara yang telah serius menggunakan bahan bakar ethanol.
Penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam
Dewasa ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang digunakan pada kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (Otto) dan diesel adalah dua jenis mesin pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia. Mesin diesel, yang memiliki efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa, sedangkan komunitas USA yang cenderung khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin.
Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 (Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane).
Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin. Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline ( Yuksel dkk, 2004), (Al-Baghdadi, 2003). Untuk rasio campuran ethanol:gasoline mencapai 60:40tercatat peningkatan efisiensi hingga 10 Yuksel dkk, 2004).
Ethanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang inheren di dalam molekul ethanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 - 19 voldibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 - 7.6 vol pembakaran campuran udara-bahan bakar ethanol menjadi lebih baik -ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-gasolin, yakni sekitar 4 dkk, 2004). Ethanol juga memiliki panas penguapan (heat of vaporization) yang tinggi, yakni 842 kJ/kg (Al-Baghdadi, 2003). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan gasolin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran ethanol dibandingkan dengan gasolin.
Rendahnya emisi NO, yang dalam kondisi atmosfer akan membentuk NO2 yang bersifat racun, dipercaya sebagai akibat relatif rendahnya temperatur puncak pembakaran ethanol di dalam silinder. Pada rasio kompresi 7, penurunan emisi NOx tersebut bisa mencapai 33ibandingkan terhadap emisi NOx yang dihasilkan pembakaran gasolin pada rasio kompresi yang sama (Al-Baghdadi, 2003). Dari susunan molekulnya, ethanol memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan gasolin (rumus molekul ethanol adalah C2H5OH, sedangkan gasolin memiliki rantai C6-C12 (Wikipedia) dengan perbandingan antara atom H dan C adalah 2:1 (Rostrup-Nielsen, 2005)). Pendeknya rantai atom karbon pada ethanol menyebabkan emisi UHC pada pembakaran ethanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan gasolin, yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel dkk, 2004).
Dari paparan di atas, terlihat bahwa penggunaan ethanol (sebagian atau seluruhnya) pada mesin Otto, positif menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan UHC dibandingkan dengan penggunaan gasolin. Namun perlu dicatat bahwa emisi aldehyde lebih tinggi pada penggunaan ethanol Emeski bahaya emisi aldehyde terhadap lingkungan adalah lebih rendah daripada berbagai emisi gasolin ( dkk, 2004). Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang dihasilkan pada pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil ethanol tersebut. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang dijual Pertamina masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wtWebsite Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. Keberadaan sulfur juga menjadi perhatian di USA dan Eropa karena dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan.
Ethanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik (Wikipedia). Oleh karena itu, ethanol murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi. Dianjurkan untuk menggunakan karet fluorokarbon sebagai pengganti komponen karet pada mesin Otto konvensional. Selain itu, molekul ethanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara sempurna dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair. Oleh karena itu modifikasi perlu dilakukan pada mesin yang menggunakan campuran bahan bakar ethanol-gasolin agar kedua jenis bahan bakar tersebut bisa tercampur secara merata di dalam ruang bakar. Salah satu inovasi pada permasalahan ini adalah pembuatan karburator tambahan khusus untuk ethanol (Yuksel dkk, 2004). Pada saat langkah hisap, uap ethanol dan gasolin akan tercampur selama perjalanan dari karburator hingga ruang bakar Ememberikan tingkat pencampuran yang lebih baik.
Studi kasus penggunaan bahan bakar ethanol di Brazil
Brazil mencanangkan program bahan bakar ethanol dalam skala besar sejak terjadinya krisis minyak pada era 1970-an (Riberio dkk, 1997). Ethanol diekstrak dari tebu (sugarcane). Bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi gula / ethanol, yakni bagasse, digunakan pula sebagai bahan bakar untuk distilasi ethanol dan untuk menghasilkan listrik Ebaik untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik ethanol serta dijual ke masyarakat. Pembakaran bagasse relatif ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar minyak dan batu bara. Kandungan abu bagasse hanya 2.5dibandingkan batu bara: antara 30-50 dan bagasse juga tidak mengandung sulfur (Wikipedia). Dengan menggunakan bagasse, pabrik ethanol tidak memerlukan asupan energi dari luar, justru dia bisa menjual sisa listrik yang dihasilkannya ke masyarakat. Terlebih karena hal tersebut terjadi di musim panas, manakala pembangkit listrik tenaga air tidak bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat (Wikipedia).
Posisi program bahan bakar ethanol dan produk sampingnya di Brazil pada periode 2003/2004 (kecual disebutkan lain) adalah:
Areal pertanian : 45,000 m2 pada tahun 2000
Pekerja : 1 juta pekerjaan -(50ertani, 50emrosesan)
Sugarcane : 344 juta ton (50-50 untuk gula dan alkohol)
Gula : 23 juta ton (30ieksport)
Ethanol : 14 juta m3 (7.5 anhydrous, 6.5 hydrated; 2.4ieksport)
Bagasse kering : 50 juta ton
Listrik dihasilkan : 1350 MW (1200 MW dipergunakan pabrik ethanol, 150 MW dijual ke masyarakat) pada tahun 2000
Sumber: Wikipedia
*Sebagai perbandingan, PLTU Suralaya yang merupakan pemasok sekitar 25ebutuhan listrik Jawa-Bali memiliki kapasitas 3,400 MW (Sumber: Miningindo).
Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun 1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah sekitar 12ila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).
Implementasi bahan bakar ethanol di Brazil tidak selamanya berjalan mulus. Dukungan politik dan insentif pemerintah diperlukan guna keberlanjutan program tersebut. Di awal implementasi program penggunaan bahan bakar ethanol, yakni di era 1980-an, lebih dari 90obil yang terjual di Brazil adalah mobil yang berbahan bakar khusus ethanol (Riberio dkk, 1997). Namun tidak lancarnya pasokan ethanol di awal 1990-an menyebabkan penjualan mobil yang sama hanya mencapai kurang dari 1i tahun 1997 (Riberio dkk, 1997). Pada tahun 1997, hanya separuh dari seluruh jumlah mobil di Brazil yang menggunakan bahan bakar khusus ethanol, sedangkan sisanya menggunakan campuran gasolin + ethanol (hingga 22(Riberio dkk, 1997). Sedangkan saat ini, seperti dikemukakan di awal, 40asokan energi di Brazil berasal dari bioethanol (Nature, 1 July 2005).
Pengaruh terhadap lingkungan
Beberapa ilmuwan Amerika penentang implementasi bioethanol mengangkat permasalahan lingkungan yang dimunculkan oleh mata rantai produksi bioethanol. Ilmuwan tersebut menyoroti praktek pembakaran ladang guna memudahkan panen tebu, kerusakan tanah akibat ancaman terhadap keanekaragaman hayati, penggunaan air dalam jumlah besar untuk membersihkan sugarcane, serta erosi tanah yang disebabkan praktek penanaman tebu (Nature, 1 July 2005). Selain itu, beberapa kalangan juga mempertanyakan rasio antara energi yang dihasilkan terhadap energi yang diperlukan dalam produksi ethanol yang hanya mencapai 1.1 (Rostrup-Nielsen, 2005).
Untuk meminimalkan dampak negatif mata rantai produksi ethanol, pemerintah Brazil telah mengeluarkan aturan yang melarang pembakaran ladang sebelum panen tebu; dan sebagai gantinya digunakan mesin pemanen untuk memudahkan dan mempercepat panen (Wikipedia). Menilai implementasi ethanol secara kuantitatif, seperti yang dipraktekkan di Brazil, seharusnya juga perlu diperhitungkan faktor produk samping berupa bagasse yang menghasilkan listrik (dalam jumlah signifikan) serta efek pengurangan emisi CO2 yang berkorelasi positif terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Dalam kasus penggunaan bahan bakar hidrogen, Jacobson dkk (2005) memperkirakan bahwa sekitar 3,700 - 6,400 orang per tahun akan terselamatkan bila seluruh kendaraan bermotor di USA bermigrasi menggunakan bahan bakar hidrogen yang dibangkitkan dari energi angin. Oleh karena itu, bila factor-faktor tersebut turut diperhitungkan, nampaknya penggunaan bioethanol akan lebih superior terhadap gasolin. Sedangkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati mungkin bisa dipecahkan dengan menggunakan beberapa tanaman sebagai sumber ethanol. Meski relatif lebih menyulitkan dalam pengaturannya, praktek multikultur tersebut diharapkan akan menekan penurunan kualitas tanah secara radikal.
Kesimpulan
Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yakni: faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga; dan fluktuasinya), serta faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan. Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus.
Dari sisi teknik pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun campuran) relatif superior terhadap gasolin. Penggunaan ethanol sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran dalam akan meningkatkan efisiensi mesin, serta menurunkan kadar emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan (relatif terhadap gasolin). Produk samping berupa listrik, serta dampak penurunan emisi CO2 merupakan dua nilai tambah yang sangat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup.
Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi bahan bakar bioethanol, yakni: (1) Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan kualitas tanah secara radikal (2) Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol 100Hal tersebut akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus Esembari menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan bioethanol 100ipandang sudah tiba (3) Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar gasoline + ethanol (4) Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan bakar bioethanol.

Bioethanol, Alternatif Energi
Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan - paling sedikit Edua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya (2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan.
Alkohol untuk bahan bakar
Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di USA dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40ecara nasional (Nature, 1 July 2005). Di USA, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung ethanol 85emakin populer di masyarakat (Nature, 1 July 2005).
Selain ethanol, methanol juga tercatat digunakan sebagai bahan bakar alkohol di Rusia (Wikipedia), sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup Jepang telah mentargetkan pada tahun 2008 campuran gasolin + ethanol 10kan digunakan untuk menggantikan gasolin di seluruh Jepang. Kementrian yang sama juga meminta produsen otomotif di Jepang untuk membuat kendaraan yang mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran tersebut mulai tahun 2003 (The Japan Times, 17 December 2002).
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Negara Riset dan Teknologi telah mentargetkan pembuatan minimal satu pabrik biodiesel dan gasohol (campuran gasolin dan alkohol) pada tahun 2005-2006. Selain itu, ditargetkan juga bahwa penggunaan bioenergy tersebut akan mencapai 30ari pasokan energi nasional pada tahun 2025 (Kompas, 26 Mei 2005).
Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. Pada tulisan ini, dibahas secara singkat: (1) dampak penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition), dan (2) implementasi bahan bakar ethanol di Brazil -negara yang telah serius menggunakan bahan bakar ethanol.
Penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam
Dewasa ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang digunakan pada kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (Otto) dan diesel adalah dua jenis mesin pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia. Mesin diesel, yang memiliki efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa, sedangkan komunitas USA yang cenderung khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin.
Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 (Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane).
Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin. Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline ( Yuksel dkk, 2004), (Al-Baghdadi, 2003). Untuk rasio campuran ethanol:gasoline mencapai 60:40tercatat peningkatan efisiensi hingga 10 Yuksel dkk, 2004).
Ethanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang inheren di dalam molekul ethanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni 4.3 - 19 voldibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 - 7.6 vol pembakaran campuran udara-bahan bakar ethanol menjadi lebih baik -ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-gasolin, yakni sekitar 4 dkk, 2004). Ethanol juga memiliki panas penguapan (heat of vaporization) yang tinggi, yakni 842 kJ/kg (Al-Baghdadi, 2003). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan gasolin. Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pembakaran ethanol dibandingkan dengan gasolin.
Rendahnya emisi NO, yang dalam kondisi atmosfer akan membentuk NO2 yang bersifat racun, dipercaya sebagai akibat relatif rendahnya temperatur puncak pembakaran ethanol di dalam silinder. Pada rasio kompresi 7, penurunan emisi NOx tersebut bisa mencapai 33ibandingkan terhadap emisi NOx yang dihasilkan pembakaran gasolin pada rasio kompresi yang sama (Al-Baghdadi, 2003). Dari susunan molekulnya, ethanol memiliki rantai karbon yang lebih pendek dibandingkan gasolin (rumus molekul ethanol adalah C2H5OH, sedangkan gasolin memiliki rantai C6-C12 (Wikipedia) dengan perbandingan antara atom H dan C adalah 2:1 (Rostrup-Nielsen, 2005)). Pendeknya rantai atom karbon pada ethanol menyebabkan emisi UHC pada pembakaran ethanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan gasolin, yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel dkk, 2004).
Dari paparan di atas, terlihat bahwa penggunaan ethanol (sebagian atau seluruhnya) pada mesin Otto, positif menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan UHC dibandingkan dengan penggunaan gasolin. Namun perlu dicatat bahwa emisi aldehyde lebih tinggi pada penggunaan ethanol Emeski bahaya emisi aldehyde terhadap lingkungan adalah lebih rendah daripada berbagai emisi gasolin ( dkk, 2004). Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang dihasilkan pada pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil ethanol tersebut. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang dijual Pertamina masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wtWebsite Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. Keberadaan sulfur juga menjadi perhatian di USA dan Eropa karena dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan.
Ethanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik (Wikipedia). Oleh karena itu, ethanol murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi. Dianjurkan untuk menggunakan karet fluorokarbon sebagai pengganti komponen karet pada mesin Otto konvensional. Selain itu, molekul ethanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara sempurna dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair. Oleh karena itu modifikasi perlu dilakukan pada mesin yang menggunakan campuran bahan bakar ethanol-gasolin agar kedua jenis bahan bakar tersebut bisa tercampur secara merata di dalam ruang bakar. Salah satu inovasi pada permasalahan ini adalah pembuatan karburator tambahan khusus untuk ethanol (Yuksel dkk, 2004). Pada saat langkah hisap, uap ethanol dan gasolin akan tercampur selama perjalanan dari karburator hingga ruang bakar Ememberikan tingkat pencampuran yang lebih baik.
Studi kasus penggunaan bahan bakar ethanol di Brazil
Brazil mencanangkan program bahan bakar ethanol dalam skala besar sejak terjadinya krisis minyak pada era 1970-an (Riberio dkk, 1997). Ethanol diekstrak dari tebu (sugarcane). Bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi gula / ethanol, yakni bagasse, digunakan pula sebagai bahan bakar untuk distilasi ethanol dan untuk menghasilkan listrik Ebaik untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik ethanol serta dijual ke masyarakat. Pembakaran bagasse relatif ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar minyak dan batu bara. Kandungan abu bagasse hanya 2.5dibandingkan batu bara: antara 30-50 dan bagasse juga tidak mengandung sulfur (Wikipedia). Dengan menggunakan bagasse, pabrik ethanol tidak memerlukan asupan energi dari luar, justru dia bisa menjual sisa listrik yang dihasilkannya ke masyarakat. Terlebih karena hal tersebut terjadi di musim panas, manakala pembangkit listrik tenaga air tidak bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat (Wikipedia).
Posisi program bahan bakar ethanol dan produk sampingnya di Brazil pada periode 2003/2004 (kecual disebutkan lain) adalah:
Areal pertanian : 45,000 m2 pada tahun 2000
Pekerja : 1 juta pekerjaan -(50ertani, 50emrosesan)
Sugarcane : 344 juta ton (50-50 untuk gula dan alkohol)
Gula : 23 juta ton (30ieksport)
Ethanol : 14 juta m3 (7.5 anhydrous, 6.5 hydrated; 2.4ieksport)
Bagasse kering : 50 juta ton
Listrik dihasilkan : 1350 MW (1200 MW dipergunakan pabrik ethanol, 150 MW dijual ke masyarakat) pada tahun 2000
Sumber: Wikipedia
*Sebagai perbandingan, PLTU Suralaya yang merupakan pemasok sekitar 25ebutuhan listrik Jawa-Bali memiliki kapasitas 3,400 MW (Sumber: Miningindo).
Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun 1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah sekitar 12ila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).
Implementasi bahan bakar ethanol di Brazil tidak selamanya berjalan mulus. Dukungan politik dan insentif pemerintah diperlukan guna keberlanjutan program tersebut. Di awal implementasi program penggunaan bahan bakar ethanol, yakni di era 1980-an, lebih dari 90obil yang terjual di Brazil adalah mobil yang berbahan bakar khusus ethanol (Riberio dkk, 1997). Namun tidak lancarnya pasokan ethanol di awal 1990-an menyebabkan penjualan mobil yang sama hanya mencapai kurang dari 1i tahun 1997 (Riberio dkk, 1997). Pada tahun 1997, hanya separuh dari seluruh jumlah mobil di Brazil yang menggunakan bahan bakar khusus ethanol, sedangkan sisanya menggunakan campuran gasolin + ethanol (hingga 22(Riberio dkk, 1997). Sedangkan saat ini, seperti dikemukakan di awal, 40asokan energi di Brazil berasal dari bioethanol (Nature, 1 July 2005).
Pengaruh terhadap lingkungan
Beberapa ilmuwan Amerika penentang implementasi bioethanol mengangkat permasalahan lingkungan yang dimunculkan oleh mata rantai produksi bioethanol. Ilmuwan tersebut menyoroti praktek pembakaran ladang guna memudahkan panen tebu, kerusakan tanah akibat ancaman terhadap keanekaragaman hayati, penggunaan air dalam jumlah besar untuk membersihkan sugarcane, serta erosi tanah yang disebabkan praktek penanaman tebu (Nature, 1 July 2005). Selain itu, beberapa kalangan juga mempertanyakan rasio antara energi yang dihasilkan terhadap energi yang diperlukan dalam produksi ethanol yang hanya mencapai 1.1 (Rostrup-Nielsen, 2005).
Untuk meminimalkan dampak negatif mata rantai produksi ethanol, pemerintah Brazil telah mengeluarkan aturan yang melarang pembakaran ladang sebelum panen tebu; dan sebagai gantinya digunakan mesin pemanen untuk memudahkan dan mempercepat panen (Wikipedia). Menilai implementasi ethanol secara kuantitatif, seperti yang dipraktekkan di Brazil, seharusnya juga perlu diperhitungkan faktor produk samping berupa bagasse yang menghasilkan listrik (dalam jumlah signifikan) serta efek pengurangan emisi CO2 yang berkorelasi positif terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Dalam kasus penggunaan bahan bakar hidrogen, Jacobson dkk (2005) memperkirakan bahwa sekitar 3,700 - 6,400 orang per tahun akan terselamatkan bila seluruh kendaraan bermotor di USA bermigrasi menggunakan bahan bakar hidrogen yang dibangkitkan dari energi angin. Oleh karena itu, bila factor-faktor tersebut turut diperhitungkan, nampaknya penggunaan bioethanol akan lebih superior terhadap gasolin. Sedangkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati mungkin bisa dipecahkan dengan menggunakan beberapa tanaman sebagai sumber ethanol. Meski relatif lebih menyulitkan dalam pengaturannya, praktek multikultur tersebut diharapkan akan menekan penurunan kualitas tanah secara radikal.
Kesimpulan
Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yakni: faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga; dan fluktuasinya), serta faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan. Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus.
Dari sisi teknik pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun campuran) relatif superior terhadap gasolin. Penggunaan ethanol sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran dalam akan meningkatkan efisiensi mesin, serta menurunkan kadar emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan (relatif terhadap gasolin). Produk samping berupa listrik, serta dampak penurunan emisi CO2 merupakan dua nilai tambah yang sangat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup.
Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi bahan bakar bioethanol, yakni: (1) Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan kualitas tanah secara radikal (2) Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol 100Hal tersebut akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus Esembari menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan bioethanol 100ipandang sudah tiba (3) Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar gasoline + ethanol (4) Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan bakar bioethanol.

Baca selengkapnya......

BIODIESEL PERFORMANCE

Successful alternative fuels fulfill environmental and energy security needs
without sacrificing operating performance. Operationally, biodiesel
performs very similar to low sulfur diesel in terms of power, torque, and fuel
without major modification of engines or infrastructure.
Biodiesel offers similar power to diesel fuel. One of the major advantages of biodiesel is
the fact that it can be used in existing engines and fuel injection equipment with little
impact to operating performance. Biodiesel has a higher cetane number than U.S.
diesel fuel. In over 15 million miles of in-field demonstrations biodiesel showed similar
fuel consumption, horsepower, torque, and haulage rates as conventional diesel fuel.
Biodiesel provides significant lubricity improvement over petroleum diesel fuel. Lubricity
results of biodiesel and petroleum diesel using industry test methods indicate that there
is a marked improvement in lubricity when biodiesel is added to conventional diesel
fuel. Even biodiesel levels below 1 percent can provide up to a 65 percent increase in
lubricity in distillate fuels.
Compatibility of biodiesel with engine components. The recent switch to low sulfur
diesel fuel has caused most OEMs to switch to components suitable for use with
biodiesel, but users should contact their OEM for specific information. In general,
biodiesel will soften and degrade certain types of elastomers and natural rubber
compounds over time. Using high percent blends can impact fuel system components
(primarily fuel hoses and fuel pump seals), that contain elastomer compounds
incompatible with biodiesel. Manufacturers recommend that natural or butyl rubbers
not be allowed to come in contact with pure biodiesel. Biodiesel will lead to
degradation of these materials over time, although the effect is lessened with biodiesel
blends. If a fuel system does contain these materials and users wish to fuel with pure
biodiesel, replacement with compatible elastomers is recommended.
Biodiesel in cold weather. Cold weather can cloud and even gel any diesel fuel,
including biodiesel. Users of a 20 percent biodiesel blend will experience an increase
of the cold flow properties (cold filter plugging point, cloud point, pour point) of
approximately 3 to 5° Fahrenheit. Precautions employed for petroleum diesel are
needed for fueling with 20 percent blends. Neat (100 percent) biodiesel will gel faster
than petrodiesel in cold weather operations. Solutions for winter operability with neat
biodiesel are much the same as that for low-sulfur #2 diesel (i.e., blending with #1
diesel, utilization of fuel heaters, and storage of the vehicle in or near a building).
These same solutions work well with biodiesel blends, as do the use of cold flow
improvement additives.

Baca selengkapnya......